Jumat, 15 November 2019

Hey Balqis, sudah 4 tahun kamu pergi


Saya putuskan untuk melanjutkan tulisan di blog ini meski Balqis sudah tiada, karena bagi saya blog inilah wadah untuk menyimpan semua kenangan masa kecil anak saya. kini, 4 tahun berselang sejak kepergian Balqis, saya melanjutkan hidup, Allah satukan kembali hati saya yang dulu pernah hancur sejak ditinggal Balqis, Allah sembuhkan luka jiwa saya dengan menghadirkan dua anak dengan jarak yang berdekatan. Mereka adalah Jibril yang saat ini sudah berusia 3 tahun, dan Alexandria yang sedang menuju usia 10 bulan.

Jibril adalah anak laki - laki yang sangat luar biasa bagi saya, dia hadir saat saya masih dalam duka yang amat dalam, dia adalah jawaban atas doa dan tangisan saya. Dia anak hebat yang saat dalam kandungan setia menemani saya mengunjungi rumah Allah di Makkah, dia yang terpaksa ikut saya berdesak - desakan di hamparan rawdah, dia yang saya harapkan sebagai pengganti Balqis. Meski secara gender berbeda, tapi masyaAllah di usianya yang 3 tahun ini, wajahnya sangat mirip dengan Balqis. Allah benar - benar memberikan pengganti yang sama untuk saya.
Jibril tumbuh dengan segala kelebihan, saya mampu mengusahakan asi baginya sampai usia dia 22 bulan, meski saat itu saya tengah hamil adeknya, Alexandria, saya tetap mengusahakan asi sampai dokter kandungan menyarankan saya untuk stop memberikan asi bagi Jibril, mengingat kondisi saya saat itu kekurangan sel darah merah, dan saya harus menjaga nutrisi dan kondisi saya demi anak yang saya kandung. Dengan berat hati, saya menyapih Jibril, saya sounding dia bahwa bentar lagi dia mau punya adek, dan nenen ini nanti untuk adek. Alhamdulillah berselang satu minggu proses menyapih sukses, Jibril sudah tidak pernah minta untuk nenen lagi. Hak dia untuk mendapatkan air susu ibu sudah saya tunaikan. Berbeda dengan Balqis yang hanya mendapat "jatah" asi 3 bulan saja karena minimnya edukasi saya tentang asi.

Saat usia 6 bulan, Jibril saya beri MPASI (makanan pendamping asi) buatan sendiri (homemade), saya jarang sekali memberinya bubur bayi instan. Jibril juga termasuk bayi "pemakan segala", hampir semua jenis makanan tidak pernah dia tolak. saya jadi sangat semangat untuk memberikan makanan terbaik buat dia, mulai dari salmon, daging sapi, edamame, keju khusus bayi sebagai lemak tambahannya, minyak zaitun juga, semua masuk dan dilahap oleh Jibril. 
Jibril pun tumbuh sebagai anak yang suka sekali makan, sehari dia bisa makan sampai 4 atau 5 kali. Jibril adalah anak yang mudah sekali mengingat sesuatu, entah karena asupan salmon sejak kecil atau karena bakat cerdas dari Ummanya :) 

Dan adek terakhir Balqis bernama Alexandria, biasa kami panggil dengan Alexa. Alexandria adalah sebuah "bonus" dari Allah buat saya dan suami, saya tidak merencanakan kehamilan lagi setelah Jibril karena saat itu usia Jibril baru 20 bulan, tetapi Allah sangat murah hati dengan memperkenankan saya untuk hamil kembali, saya pun sangat berharap kehamilan yang terakhir ini adalah anak perempuan, dalam hati saya masih sangat berharap sosok Balqis hadir kembali.
Saat kehamilan Alexandria sangat banyak ujian dan cobaan, saya sering sakit, bahkan sampai tidak bisa jalan, namun semua rasa sakit itu hilang karena yang saya dapatkan adalah anak perempuan sebagai pengganti Balqis. Alexandria lahir dengan berat badan yang sama persis dengan Balqis, dia tumbuh dengan asupan asi full yang selalu saya perah sebagai bekal dia selama saya tinggal kerja. Dia juga tidak pernah rewel, meskipun Jibril sering mengigau selama tidur, bahkan sampai berteriak - teriak tapi Alexandria masih tetap tertidur pulas dan terkesan bodo amat, persis seperti Ummanya :)
Alexandria juga saya ajarin untuk mengenal segala jenis makanan, setiap pagi saya selalu menyempatkan membuat mpasi sebagai bekal dia di rumah Bunda (budenya). Saat ini usia dia menuju 10 bulan, dia adalah anak yang sangat ceria, dan sepertinya dia mewarisi sifat judes Balqis, terlihat saat kesehariannya, dia tampak kurang "sabar" daripada Jibril.

Beginilah kehidupan saya setelah 4 tahun kepergian Balqis, saya menghabiskan 90% waktu saya untuk dua adek - adek Balqis, si Jibril dan Alexandria. Saya sangat bersyukur, meski kadang masih suka berandai - andai tentang Balqis.
Dear Balqis, Umma masih sangat mencintai kamu meski kita berbeda dunia, semoga kita bertemu dan bekumpul kembali di surga ya nak . . . .