Kamis, 31 Mei 2012

Balqis dan panas

"kostum" Balqis saat cuaca panas
Selama ini musuh utama Balqis adalah haus, sakit perut dan panas (baca: gerah). Untuk urusan panas, memang agak susah mengatasinya, pengennya sih menyalakan kipas angin, tapi takut malah masuk angin, mau dikipasin secara manual eh lama-lama pegel juga dan akhirnya Balqis rewel lagi. Lalu kami ambil keputusan nekat (dengan bismillah terlebih dahulu tentunya), kami membuka baju Balqis dan membiarkan dia hanya mengenakan singlet atau kaos dalam. Dan ternyata it works!! Balqis bisa tidur nyenyak...! Alhamdulillah...

Saya jadi heran pada orang-orang yang masih membedong bayinya walau cuaca sedang panas, bahkan saya sempat melihat seorang teman yang memakaikan piyama (atasan dan bawahan panjang) ditambah lagi kaos tangan dan kaos kaki pada bayinya. Well, di kota tempat tinggal kami itu jauh dari kata sejuk, jadi kasihan sekali melihat bayi itu "dibungkus" sedemikian rupa. Kalau Balqis diberi pakaian seperti itu saat cuaca panas, wah tidak bisa dibayangkan bagaimana rewelnya.

Rabu, 30 Mei 2012

Ayo tidur baby...

Di awal usianya Balqis sulit sekali tidur di malam hari, tidak sampai satu jam dia tidur kemudian bangun lagi dan setelah saya gendong sambil disusui baru dia tidur lagi, itupun tidak lama. Hal itu justru terbalik di siang hari, entah karena malamnya kecapekan karena kurang tidur jadinya Balqis tidur sangat lelap di siang hari, dia bisa tidur dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang, dan bangun hanya untuk minum susu kemudian tidur lagi hingga jam 3 sore.
Posisi tidur Balqis bila terlalu nyenyak

Siklus seperti itu dianggap wajar tapi tidak sehat, karena tidur siang yang terlalu lama sehingga Balqis jadi kurang minum, padahal seharusnya tiap 2 jam sekali bayi diberi minum agar tidak sakit kuning. Dan konsekuensinya adalah saya juga jadi sangat kurang tidur, pagi hari saat Balqis tidur saya tidak bisa ikut tidur karena kata orang ibu yang baru saja melahirkan dilarang tidur sebelum duhur, bisa bikin darah putih naik katanya, yang pada akhirnya buat mata jadi katarak. Tidak hanya itu mitos yang saya dengar, masih banyak lagi yang lebih tidak masuk akal. Saya sih nurut saja, daripada ribut.
Balqis tidur dengan Abinya


Seiring waktu, siklus tidur Balqis jadi sedikit berubah, dia justru tidak bisa tidur di siang hari. Saya khawatir pertumbuhannya terganggu karena bayi kan setidaknya tidur selama 18 jam sehari. Untung saja tidur malam Balqis nyenyak sekali, apalagi saya juga selalu memakaikan popok sekali pakai agar tidurnya tidak terganggu. Tapi penggunaan popok sekali pakai pun tidak luput dari mitos, kata orang jangan sering-sering menggunakannya, bisa bikin kaki berbentuk O.

Selain karena ngompol, Balqis juga sering terganggu akan suara-suara ribut di sekitarnya, telinganya sensitif walau sedang tidur sekali pun, sangat mirip Abinya dan beda jauh dengan saya yang hampir tidak mendengar apa-apa saat tidur, hingga suami menjuluki tidur saya seperti orang mati. LOL

Saya jadi lebih galak kepada keponakan-keponakan saya yang kebetulan serumah dengan mamah, saya sering memarahi mereka bila terlalu ramai. Dan setelah pindah ke rumah suami, giliran anak-anak kos yang saya omelin. Maklum, naluri ibu kan begitu, apa saja yang mengganggu ketenangan anaknya pasti dilibas. Hehehe...

When Balqis poop... ^,^


Sebagai makhluk hidup yang sehat, bayi tak lepas dari BAB, begitu juga Balqis...
Umumnya bayi baru lahir fesesnya berwarna kehitaman karena adanya air ketuban yang dicerna selama dalam kandungan, tapi feses pertama Balqis justru kuning normal seperti warna feses pada umumnya. Dan itu berlangsung lebih dari lima kali dalam sehari, kata mamah itu normal, jadi saya tidak perlu panik atau curiga kalau Balqis mengalami diare. 

Balqis sedang BAB dibantu Abi

Yang saya tahu, kesehatan pencernaan bisa dilihat dari fesesnya, jadi saya selalu memperhatikan bentuk, warna dan bau feses Balqis, saya takut ada kelainan pada pencernaannya. Apalagi kalau fesesnya sedikit berbusa, orang Madura sih bilangnya LESO alias salah urat dan ujung-ujungnya si bayi dibawa ke dukun pijat untuk dipijat. Malah terkadang ada beberapa orang yang rutin memijatkan bayinya sebulan sekali bahkan dua minggu sekali.

ekspresi lucu Balqis setiap BAB
Alhamdulillah feses Balqis sejauh ini normal-normal saja, jadi saya tidak perlu khawatir akan kesehatan pencernaannya. Tapi ada kejadian menarik setiap Balqis BAB, yaitu bau feses Balqis yang diklaim oleh suami mirip dengan bau fesesnya. Dan juga ekspresi Balqis tiap BAB sangat lucu, entah itu menahan sakit perut atau sedang mengeran. 

Selasa, 29 Mei 2012

Balqis dijemur, Balqis bukanlah kerupuk!

Di usia dua minggu terlihat warna kekuningan pada mata Balqis, kata orang itu sakit kuning yang disebabkan oleh kurang minum, mamah bilang hal itu sudah biasa terjadi pada bayi, keponakan saya bahkan sampai diambil sampel darahnya di laboraturium gara-gara matanya berwarna kuning.


Lalu mamah menyarankan untuk menjemur Balqis tiap habis mandi pagi dan memberinya air gula. Saai itu saya sedikit panik, saya tidak ingin bayi saya sakit apapun, kasihan dia...

Kemudian saya turuti saran dari mamah, memang saya akui Balqis kurang mendapat sinar matahari pagi, jadi itulah yang buat dia jadi kurang sehat. Saya juga rajin memberinya air gula yang pada akhirnya air gula tersebut saya campur dengan susu formula, hal itu berlangsung selama dua minggu hingga tanda kekuningan di mata Balqis mulai hilang.

Tapi "ritual" berjemur tetap saya lakukan hingga sekarang, karena yang saya tahu sinar matahari pagi itu banyak manfaatnya. Saya dan suami pun bergantian menjemur Balqis tiap pagi, tak jarang Balqis terkantuk-kantuk di gendongan saat ritual tersebut. Dan kemudian bisa ditebak, dia pun tertidur pulas setelahnya.

Minggu, 27 Mei 2012

This Is It... Saatnya melahirkan!!!

Hari itu tanggal 21 Maret pagi, saya jalan-jalan dengan suami sengaja mengambil rute yang labih jauh dari biasanya, saya sudah tidak sabar menunggu waktu persalinan, karena sudah lewat seminggu dari HPL dan sama sekali tidak ada tanda-tanda si buah hati akan lahir. Ditambah lagi kekhawatiran mamah saya dan orang-orang di sekitar saya karena persalinan tak kunjung tiba. 

Kemudian sekitar jam 8, saya melihat ada bercak darah di celana dalam saya, dan terus bertambah disertai nyeri di punggung dan perut. Kata mamah, itulah yang dinamakan kontraksi. which means that SEBENTAR LAGI SAYA MELAHIRKAN.


deg-degan? pasti!
saya sudah banyak mendengar betapa sakit dan menderitanya proses persalinan itu. Bahkan teman saya bilang kalau sakitnya seperti digebukin orang sekampung. oke, yang ini lebay!
Dan kontraksinya semakin menjadi, sungguh rasa sakit yang luar biasa, seperti nyeri haid tapi berpuluhkali lipat rasanya. Saya pun mengabari bidan langganan saya tentang keadaan saya saat itu, lalu pada pukul 8 malam, saya check up.



Awalnya yang saya khawatirkan hanyalah nyeri saat melahirkan, tapi ternyata untuk mengecek "pembukaan" itu sangat sangat sangat menyakitkan! sekitar 3 kali bidan tersebut mengecek "pembukaan" saya, ternyata dari jam 8 malam sampai jam 6 pagi saya tetap pembukaan 5. mengingat saat itu sudah lebih seminggu dari HPL, maka bidan saya merujuk saya ke Rumah sakit untuk dilakukan operasi bedah caesar. 

what?! caesar?? Kali ini mamah saya panik tingkat provinsi.


mamah trauma melihat kakak saya yang begitu tersiksa pasca operasi, betapa tidak, luka operasinya tak kunjung sembuh, bahkan bernanah dan butuh perawatan yang sangat intensif.
saya pun ikutan was-was, tapi juga excited. Ya, excited!
saya tidak peduli tentang plus minus caesar, yang saya pikirkan adalah bagaimana saya segera melihat bayi saya, dengan selamat tentunya...

DETK-DETIK MENJELANG OPERASI
Jam 7 saya check in di Rumah Sakit, saya langsung ditangani perawat-perawat disana, istilah mereka saya "disiapkan" untuk menghadapi operasi. Persiapannya adalah...
  • Pengambilan darah. Menurut penjelasan bidan saya, pengambilan sampel darah itu berguna untuk proses anestesi, apakah akan menggunakan anestesi general atau lokal.
  • Pemasangan katheter atau selang kencing. Untuk yang ini, sungguh sunguh menyakitkan.
  • Pemasangan infus.
  • Penggoresan di telinga kanan. Entah apa istilah medisnya, tapi yang saya tahu itu berguna untuk mengecek adanya alergi atau tidak terhadap anestesinya.
Dan kemudian saya digiring menuju kamar operasi. Saya disambut oleh dokter yang bertugas menganestesi saya, saya diminta duduk sambil memeluk bantal, karena beliau akan menyuntik punggung saya. Lalu disini saya seperti "disalib" dengan kedua tangan dan kaki diikat. Di lengan kanan terpasang alat pendeteksi detak jantung dan tekanan darah. Kemudian dokter tadi memasang tirai di leher saya, yang saya lakukan saat itu hanyalah berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tidak terasa sakit tentunya.


Tidak sampai 5 menit sejak tirainya terpasang, saya mendengar tangisan anak saya, Alhamdulillah.. akhirnya dia keluar juga. Ternyata yang membuat kontraksinya melambat adalah dia terlilit tali pusar hingga dua lilitan. Saya sangat bersyukur saat itu karena telah memilih bidan yang tepat, yang tidak mau ambil resiko untuk melakukan induksi pada saya. Saya ingat benar perkataan beliau..
Biar saya dikatain bidan bodoh gak masalah mbak, yang penting pasien saya dan bayinya selamat, saya gak mau ambil resiko terlalu besar.

 Jika beliau memaksa melakukan induksi pada saya, sehingga bayi saya terus menerus berkontraksi dengan lilitan di tubuhnya, maka tidak bisa saya bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya...


PASCA OPERASI


Setelah keluar dari ruang operasi menuju ruang observasi, saya tolah-toleh berusaha mencari suami dan keluarga saya. Harapan saya mereka menunggu saya dan penasaran akan keadaan saya pasca operasi, minimal seperti di sinetron-sinetron, dimana keluarga pasien dengan rapi menunggu di luar ruang operasi dengan penuh kekhawatiran dan begitu sang dokter keluar, mereka langsung menyerbu sang dokter sambil bertanya "bagaimana dok operasinya?" tapi hal itu tidak saya dapatkan. Hingga saya berkali-kali tertidur di ruang observasi, keluarga saya tak kunjung menjenguk saya, mereka sibuk dengan bayi saya rupanya.



Kemudian lambat laun biusnya hilang, saya mulai merasakan kesemutan di kedua kaki saya, inilah yang saya tunggu-tunggu. Bukan bermaksud menantang, tapi benar saya memang menunggu biusnya hilang. Dan ternyata sungguh sakit yang luar biasa. Rasanya bagai ribuan kali disayat pisau ukuran besar, nyerinya tuh jahannam!


Tapi ternyata tidak ada kata manja setelah operasi, perawat-perawat disana menyarankan (baca: memaksa) saya untuk mulai miring ke kanan dan ke kiri sesaat setelah biusnya hilang, dan mulai berlatih duduk kemudian jalan, intinya tidak boleh membatasi gerak, makin banyak gerak justru makin bagus katanya. Bayangkan, nyerinya saja luar biasa, ditambah harus banyak gerak yang notabene terjadi penekanan pada bekas operasinya. Saya sungguh menderita!

Untuk mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, para perawat meminta saya untuk memperbanyak konsumsi protein, telur ayam sehari minimal 5 butir, ditambah sayuran, ikan, daging, susu dan buah-buahan. Selain itu diharuskan untuk mengkonsumsi air sebanyak-banyaknya. Pola makan tersebut saya terapkan hingga 2 bulan pasca operasi, dan hasilnya Alhamdulillah bekas operasi saya sembuh dengan cepat tanpa ada masalah.


Bingungnya Menamai si Calon Anak

Dari awal saya dan suami menginginkan anak laki-laki sebagai anak pertama kami, maka selama kehamilan saya, kami memanggil si janin dengan sebutan Jibril, walaupun hasil USG mengatakan janin saya perempuan.
Jibril adalah nama yang kami persiapkan untuk anak laki-laki kami, lengkapnya Jibril Arsy Al Furqaan. Suami saya punya andil besar dalam memilih nama, sedangkan saya hanya menyetujui saja.

Sedangkan untuk anak perempuan, kami punya Cahaya Elsa Firdaus sebagai namanya kelak. Tapi kemudian suami saya berubah pikiran, dia bilang nama Elsa sudah pasaran, kemudian digantilah Elsa menjadi Angel. Nah, untuk yang satu ini, mamah saya yang protes keras. Menurut beliau Angel terlalu kebarat-baratan dan identik dengan agama tertentu, yah kesimpulannya tidak berbau Islami. oke, ini make sense!

Suami saya kembali bingung, mulai dari browsing hingga minta "sumbangan" nama dari temannya yang anak pesantren. Dan akhirnya terpilihlah "Balqis Ufairah" sebagai nama anak kami, saya sih jujur kurang paham artinya apa. hehehehe

Kemudian saya menyarankan untuk menambah kata "Lady" sebagai nama depannya, maklumlah saya ini "little monster", fans berat Lady Gaga. Awalnya suami saya menolak, yup! DIA BENCI LADY GAGA. Tapi dengan rayuan saya yang mutakhir ditambah dengan pertimbangan yang alot, akhirnya jadilah nama anak kami "Lady Balqis Ufairah"
Dan mamah saya? Hanya bisa tersenyum :)