Minggu, 20 Oktober 2013

Jagonya Beres - Beres Mainan

Saat Balqis mulai bisa memahami perkataan orang, saya mulai mengajarkannya untuk memberskan mainan yang sudah dia mainkan ke tempat semula. Awalnya saya pikir mustahil dia bisa membereskan mainannya sendiri, namun setelah beberapa kali saya lihat dia selalu menirukan apapun yang saya lakukan, maka saya coba untuk memasukkan satu per satu mainan dia yang berantakan ke dalam boks sambil memintanya memintanya untuk bergabung dengan saya, saya bilang "Balqis bantuin Umma bisa? mainannya masukin sini semua yuk... beres - beres yuk" ternyata Balqis menirukan yang saya lakukan.


"Tradisi" beres - beres yang saya lakukan bersama Balqis terus berlanjut setiap kali Balqis selesai main. Lama kelamaan saya sempat melihat Balqis membereskan mainannya sendiri tanpa perlu saya minta. Tapi namanya juga anak - anak, mainan yang sudah dia letakkan di dalam boks terkadang dia ambil untuk dimainkan lagi. Semoga saja nantinya Balqis akan terbiasa membereskan mainannya setelah selesai bermain, agar saya atau suami saya tak perlu repot - repot lagi dan sedikit merasa terbantu ^_^

10 Hari Tanpa Umma

Foto kiriman kakak saya yang telah saya edit
Hal yang paling tidak mungkin dilakukan seorang ibu adalah berjauhan dengan sang anak, sama halnya dengan saya. Saat harus pergi diklat selama 10 hari di Jember dan berjauhan dengan Balqis, rasanya sangat aneh sekaligus kangen. Memang saya harus memfokuskan segala pikiran saya pada pembelajaran saat diklat agar lulus dengan baik tetapi saya tidak pernah bisa benar - benar fokus pada setiap materi yang diberikan penyaji. Yang ada dalam pikiran saya selalu tentang Balqis, Balqis, Balqis dan terakhir Abinya ^_^

Hari pertama saya pergi diklat, Balqis baik - baik saja, tidak ada tangisan atau rengekan saat saya menitipkannya di rumah mamah, namun malamnya saat hendak tidur, suami saya bercerita bahwa Balqis memanggil - manggil saya sambil menatap wajah suami saya, mungkin dia pikir "Umma kemana? kok yang ngelonin aku bukan umma?"

memang pikiran saya tidak tenang saat Balqis harus tidur malam di rumah mamah, dan harus 24 jam berada di rumah mamah, yang membuat saya tidak tenang adalah bayangan bahwa "pasti Balqis kangen rumah, pasti Balqis kangen pengen main sama anak - anak kos dll" seperti punya telepati, sore itu suami saya membawa pulang Balqis ke rumah, dan mulai saat itu disepakati bahwa tiap malam Balqis akan tidur di rumah dan setiap pagi saat suami saya akan berangkat ke kantor, Balqis akan diantar ke rumah mamah dan bermain disana sampai sore.
Foto yang dikirim kakak saya saat saya sedang diklat

Setelah kesepakatan baru itu, pikiran saya menjadi sedikit tenang. Tidak lupa setiap hari saya selalu menelepon suami atau mamah saya untuk menanyakan kabar Balqis, tapi setiap suami saya menawari saya untuk berbicara dengan Balqis, saya selalu menolak. Karena saya tidak ingin dia malah menjadi rewel dan teringat akan saya setelah mendengar suara saya. Saya ingin membiarkan Balqis lupa sementara waktu tentang saya, demi ketenangan dia juga dan orang - orang yang momong dia. Saya ingin Balqis langsung bertemu dan bermain dengan saya lagi setelah saya pulang dan bukan hanya mendengar suara saya.

Saat saya menulis postingan ini, saya sedang menjalani hari ke-7 saya diklat, berarti 3 hari lagi saya pulang dan bertemu dengan Balqis. Saya sudah menyiapkan rencana untuk membelikan Balqis boneka baru sebagai hadiah dari saya sekaligus permintaan maaf saya yang telah (dengan terpaksa) meninggalkan dia selama 10 hari. semoga Balqis senang dengan boneka barunya nanti.