Senin, 03 Januari 2022

Berkunjung ke Makam Balqis

Pagi tadi sepulang sekolah, saya sempatkan untuk mengajak Jibril mampir ke makam Balqis. Sebenarnya dia sudah beberapa kali mengunjungi tempat itu, tapi saat itu hanya sekedar menemani Aries saja tanpa dijelaskan apapun. Memang dari dulu kami sudah sering memberitahunya bahwa dia punya seorang kakak perempuan yang tidak bisa berkumpul dan bermain dengannya, dan setiap saya tanyakan kepada dia mbak Balqis ada dimana, dia selalu menjawab ada di kuburan. Entah dia sudah paham bahwa kakaknya sudah meninggal atau hanya menganggap Balqis tinggal di kuburan.  

Sesampainya saya dan Jibril di makam Balqis, kami pun berdoa sembari membaca surah Al fatehah, kemudian terjadi percakapan antara saya dan Jibril yang agak lucu sekaligus sedikit membuka kembali luka lama saya.


Jibril    : "Mbak Balqis disini apa?" (menunjuk tanah kuburan)

Saya    : "Iya disitu"

Jibril    : "Dikubur?"

Saya    : "Iya"

Jibril    : "Mati apa?"

Saya    : "Meninggal kak, kalo yang dibilang mati itu hewan"

Jibril    : "Ketabrak apa?"

Saya    : "Sakit kak"

Jibril    : "Sakit apa emangnya?"

Saya    : "Demam"

Jibril    : "Kalo sakit itu diobatin bukan dikubur"


Saya sebenarnya ingin menjelaskan kepada Jibril bahwa betapa saat itu saya dan Aries berusaha untuk menyelamatkan Balqis, tapi tidak terasa suara saya mulai bergetar dan mata mulai berkaca - kaca. Entah meski sudah berlangsung cukup lama tapi kejadian itu masih sangat melekat di ingatan saya. Peristiwa yang sangat membuat hati saya hancur dan dunia saya gelap. Saya masih tidak kuat untuk menceritakan meski hanya secara garis besarnya saja kepada Jibril. Jadi saya memilih diam dan mulai mengalihkan pembicaraan pada Jibril

Suatu saat akan saya jelaskan secara detail kepada dia tentang kepergian kakaknya, masih saya ingat dengan jelas diagnosa awal dokter, hasil tes darah lengkap Balqis dan klaim dokter tentang penyebab kematian Balqis yang saya konfrontir berujung debat dengan dokternya. Tapi apapun yang menyebabkan Balqis pergi untuk selamanya, Jibril dan Alexa harus paham bahwa itu semua sudah menjadi kehendak Allah, seperti yang selalu saya yakini dan tanamkan dalam pikiran saya agar saya tidak terus - menerus merasa bersalah dan menyalahkan siapa - siapa.

2 komentar:

  1. Entah apa reaksinya Jibril nanti ketika sudah dewasa dan membaca kisah ini. Terutama saat membaca kalimat "Kalau sakit itu diobati, bukan dikubur".


    Semoga Allah merahmati kesabaran Bunda Ella beserta keluarga. Amin.

    BalasHapus