Jumat, 25 Maret 2022

My Baby Blues Syndrome



Saya rasa para ibu sudah tidak asing saat mendengar istilah Baby Blues Syndrome atau dikenal juga dengan Postpartum Blues. Syndrome yang menyerang psikis wanita beberapa minggu pasca melahirkan tersebut pernah saya alami setiap sehabis melahirkan. Tiga kali saya melahirkan dan tiga kali pula saya merasakan syndrome tersebut menyerang saya, saya belum sempat mendapat pertolongan atau pengobatan medis dan memang saat itu saya sekedar self diagnosed hanya berdasarkan apa yang saya rasakan dan hasil browsing setelah saya merasa sembuh dari syndrome tersebut. 

Anak pertama
Saat melahirkan anak pertama saya, yaitu Balqis, saya merasakan dunia saya benar - benar berubah. Saya seperti berada dalam persimpangan antara tidak siap melakukan rutinitas sebagai ibu baru tapi saya juga bahagia dan menginginkan punya bayi setelah setahun menunggu. Hal mendasar yang saya keluhkan adalah rasa capek, merasa sangat sendiri, merasa tidak punya waktu untuk diri saya sendiri. Memang peralihan antara saya yang dulu terbiasa tidur kapan saja, bisa pergi kemana saja, harus terpaksa berganti menjadi tidur sesempatnya, dan perjalanan terjauh saya hanya sebatas ke bidan atau dokter untuk kontrol jahitan dan kondisi Balqis.

Sangat banyak tekanan yang saya terima pasca melahirkan Balqis membuat hampir setiap sore saya menangis tanpa alasan, saya hanya menangis dengan pikiran dan ketakutan yang tidak masuk akal. Aries memang ada dan sangat membantu saya pasca saya melahirkan, dia benar - benar suami siaga yang rela ikut begadang dan meluangkan waktunya untuk menguatkan saya. Tapi memang otak saya yang bermasalah dalam mencerna situasi baru ini, ditambah banyak mitos soal pantangan makanan dan beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman dengan kondisi saya. 

Sekitar sebulan pasca melahirkan Balqis, saya kembali tinggal berdua dengan Aries di rumah kami sendiri, dan kondisi mental saya berangsur pulih. Saya mulai terbiasa dengan rutinitas baru saya sebagai ibu, dan beberapa hal yang dilarang menurut pandangan mitos akhirnya saya langgar, terutama untuk urusan makanan. Saya makan apapun yang membuat saya tenang dan bahagia. 

 Anak Kedua
Pasca melahirkan Jibril, hampir tidak ada pantangan makanan lagi untuk saya. Saya pikir saya tidak akan terserang Baby Blues lagi karena saya sudah pernah punya pengalaman menjadi seorang ibu dengan bayi baru lahir . Tapi nyatanya saya salah..

Jibril adalah bayi yang sangat rewel, siang dan malam dia selalu menangis. Hampir tidak ada waktu untuk saya beristirahat sehingga mulai memicu rasa tidak nyaman dan tenang pada diri saya. Mungkin karena saat hamil saya masih dilanda stress setelah Balqis meninggal sehingga itu membuat Jibril merasakan tekanan yang sama. Puncaknya adalah saya mendengar bisikan - bisikan, dan terdengar sangat nyata. Meski saya tidak lagi menangis secara random seperti saat melahirkan Balqis dulu, tapi serangan kali ini tidak kalah mengerikan. Suara - suara di pikiran saya itu terdengar sangat nyata, sangat - sangat nyata. 

"Kamu ga bisa merawat anak ini"

"Kamu yakin bisa merawat bayi ini?!" 


Suara itu terus menerus mempertanyakan hal senada di telinga saya. Saya sampai berkeringat, saya cemas dan panik, saya istighfar sebanyak - banyaknya. Saya ga mau jadi gila karena bisikan - bisikan itu, saya harus tenang dan sehat untuk merawat Jibril. Dan sekali lagi saya sangat beruntung punya suami seperti Aries, dia benar - benar menjadi penenang di saat otak dan pikiran saya tidak bisa saya kendalikan.

Anak Ketiga

Alexandria adalah tipe bayi yang sangat saya idam - idamkan dari dulu. Dibanding Balqis dan Jibril, Alexandria jauh lebih tenang dan hampir tidak pernah rewel. Dia bisa sangat nyenyak tidur meski kondisi sekitar ramai, dan bisa dengan mudah tertidur sesaat setelah perutnya kenyang. Alexandria adalah gambaran perilaku saya, sangat mirip saya. hahaha...

Dengan kondisi bayi yang tenang seperti Alexandria, ga lantas saya terlepas dari serangan Baby Blues lagi. Alexandria yang banyak tidur membuat saya "kurang kerjaan" saat sendirian di rumah. Saya bosan dan mulai berpikir yang aneh - aneh. Saya mulai mencari hiburan di youtube dan mulai "mengganggu" Aries dengan chat yang tidak penting saat dia bekerja. Saya ajak dia ngobrol, saya ceritakan bahwa saya mulai tidak tenang, dia meyakinkan saya bahwa saya bisa melalui kebosanan ini, dia meminta saya untuk membaca beberapa bacaan agar saya tenang, dia membawa makanan dan minuman kesukaan saya tiap dia pulang kerja, dan begitu seterusnya yang dia lakukan setiap hari agar serangan Baby Blues tidak terlalu berdampak pada saya kali ini. And it worked! Alhamdulillah..

Menjadi seorang ibu terutama ibu baru sangat tidak mudah, butuh dukungan tenaga, mental dan logistik yang cukup dari orang - orang di sekitarnya. Saya adalah salah satu ibu yang beruntung memiliki suami yang sangat peduli pada kesehatan mental saya, di saat orang lain mungkin menganggap saya lebay, dan mungkin juga mencibir dan merasa yang saya alami tidak seberapa, tapi Aries selalu terdepan untuk menstabilkan jiwa raga saya. He's the best!

1 komentar:

  1. Spechless buk�� btw aq jga prnah..baby blues pasca lahiran si mas adhiim �� klo pas lhiran si adek aq tenang.. dan aq sadar lama2 pnyebab babyblues yg trjadi pdaq saat pasca lhiran si mas adalah "lingkungan" krena lahiran si mas aq dstbndo �� tau lha ya..sama sprti kmu..pantanganx bnyak �� gk boleh bgnii gk boleh bgtu �� tapii waktu lhiran si adek itu di malang..aq lebih enjoy..lebih tenang.. �� jdi mang nyata babyblues itu..dan mang pasca melahirkan harus bner2 jernih otak ini dari serangan2 yg gk nyaman ��

    Semangatt sllu y buk �� sllu suka tulisanmu ��

    BalasHapus